Selasa, 14 Juli 2020

Infeksi HIV di Rongga Mulut



Penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) AIDS di Indonesia termasuk tinggi. Mengutip data dari Departemen Kesehatan tahun 2008, hasil survei pada subpopulasi tertentu yang menunjukkan prevalensi HIV di beberapa provinsi secara konsisten meningkat di atas 5%.
 
Penularan ini bukan hanya tersebar pada kalangan pekerja seks maupun pengguna narkoba. Orang yang bukan pecandu narkoba atau tidak pernah melakukan seks bebas pun berisiko terkena penyakit AIDS. Seringkali mereka tidak menyadari bahwa tubuhnya telah tertular HIV.

Menurut Dr. Irna Sufiawati, drg., Sp.PM., dosen Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unpad, infeksi HIV dapat diidentifikasi melalui kesehatan gigi dan mulut. Menurutnya, dokter gigi dapat menemukan beberapa kelainan di rongga mulut yang merupakan manifestasi dari infeksi HIV.

Ada kelainan tertentu di rongga mulut yang dapat mengarahkan seseorang terinfeksi HIV. Menurut Irna, kelainan tersebut diantaranya ditandai dengan kemunculan oral hairy leukoplakia, bercak putih yang melekat pada bagian pinggir lidah, dan kemunculan infeksi jamur yang disebut oral candidiasis. Di beberapa kasus lain, infeksi juga terlihat dari kondisi gusi penderita yang berwarna merah seperti pita memanjang.

“Sebenarnya penyebab gusi merah itu banyak, bisa karena radang akibat karang gigi namun kalau dilakukan pembersihan atau scaling biasanya hilang. Bedanya dengan penderita HIV, setelah dilakukan pembersihan, gusi merah itu masih ada,” jelas Irna.
Dosen yang telah meneliti mengenai infeksi HIV di rongga mulut sejak 2006 ini mengatakan, meski tidak pernah melakukan hubungan seks multipartner atau mengonsumsi narkoba, ada kemungkinan penularan HIV salah satunya melalui perawatan gigi. Yang paling riskan adalah tindakan kedokteran gigi invasif yang berisiko menimbulkan luka, seperti pembersihan karang gigi atau pencabutan.

Tindakan tersebut memungkinan penularan melalui bercak darah penderita yang menempel di alat. Jika proses sterilisasinya kurang baik akan berisiko menularkan ke pasien yang lain. Di sisi lain, dokter gigi juga dapat terpapar HIV misalnya karena tertusuk jarum yang terkontaminasi darah penderita HIV. Dalam hal ini, Klinik Gigi dan Mulut/tempat praktek dokter gigi bisa memiliki risiko tinggi sebagai ruang penularan HIV.

Oleh karena itu saat ini sangat diperlukan kewaspadaan yang tinggi bagi para dokter gigi maupun mahasiswa Kedokteran Gigi terhadap risiko penularan HIV dan infeksi lain yang menyertainya. Jika tidak tertangani dengan baik, infeksi HIV akan menyebabkan kelainan yang serius pada rongga mulut. Irna mengatakan, mulut merupakan organ tempat masuknya nutrisi sekaligus berbagai jenis mikroorganisme ke dalam tubuh. Jika rongga mulut dalam keadaan sakit, secara otomatis seluruh badan terasa sakit dan kualitas hidup juga akan menurun.

“Infeksi HIV juga dapat menimbulkan infeksi lainnya di mulut, seperti virus herpes simpleks yang tampak seperti sariawan, human pappiloma virus yang dapat menyebabkan tumor, dan virus herpes lainnya yang dapat menyebabkan penyakit yang berbeda di dalam rongga mulut,” kata dosen kelahiran Mataram, 12 Agustus 1968 tersebut.

Jika terindikasi terinfeksi HIV, Irna menganjurkan penderita untuk melakukan konseling dan pemeriksaan ELISA, suatu tes untuk mendeteksi antibodi tubuh terhadap HIV. Jika terbukti positif, maka penderita akan menjalani terapi obat anti retroviral (ARV).

Sayangnya, hingga saat ini obat tersebut belum benar-benar bisa menyembuhkan penderita HIV secara tuntas. Obat ARV baru berfungsi memperlambat laju pertumbuhan virus di dalam tubuh.

“Pasien HIV itu khas, selain perawatan penyakitnya itu sendiri, segi psikisnya juga perlu ditangani. Merawat pasien HIV itu harus dengan ‘hati’. Sebab, masih ada stigma (cap buruk) yang melekat pada penderita HIV dan diskriminasi yang seringkali mereka alami,” paparnya.

Banyak masyarakat yang masih beranggapan bahwa HIV hanya diderita oleh para pekerja seks atau pengguna narkoba, padahal penyandang HIV dari kalangan ibu rumah tangga dan anak-anak meningkat terus belakangan ini.

Irna juga menjadi tim penanggulangan HIV AIDS dan menjadi dokter di Unit Pelayanan Gigi dan Mulut di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, khususnya di bidang Penyakit Mulut. Di klinik Teratai RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, tim penanggulangan yang terlibat terdiri dari dokter umum, berbagai dokter spesialis seperti dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis syaraf, dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dan dokter spesialis lainnya serta tim khusus konseling.
“Saya melihat mereka semua bekerja dengan ‘hati’, melayani tanpa stigma dan diskriminasi” ujarnya singkat.

Ia sendiri sudah banyak meneliti tentang HIV AIDS yang dikaitkan dengan kesehatan rongga mulut. Penelitian terbarunya saat ini mengenai hubungan antara infeksi HIV dengan infeksi oportunistik, dengan fokus pada virus Herpes. Berdasarkan penelitiannya, virus HIV bisa memicu virus Herpes untuk berkembang biak, dan sebaliknya.

Penelitiannya pun telah banyak mendapatkan hibah dalam negeri maupun luar negeri. Saat ini, Irna melakukan penelitiannya di University of California San Fransisco melalui Hibah Penelitian Kerja Sama Luar Negeri dan Publikasi Internasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti).

Selain itu, hasil penelitiannya telah terpublikasi secara nasional maupun internasional. Irna juga pernah menjadi penerima Grant pada konferensi “The 6th World Workshop on Oral Health and Diseases in AIDS” di Beijing, China, 2009 yang diselenggarakan oleh International Association for Dental Research (IADR).
“Penelitian HIV yang sedang saya kerjakan ini tidak bisa selesai dalam waktu singkat, bahkan harus berkelanjutan hingga dapat diaplikasikan untuk pelayanan kesehatan penderita HIV. Namun setidaknya, saat ini saya bisa menyumbangkan hasil penelitian ini bagi kemajuan ilmu pengetahuan,” pungkasnya.*

Sumber : http://www.unpad.ac.id/profil/dr-irna-sufiawati-drg-sp-pm-tekun-teliti-infeksi-hiv-di-rongga-mulut

Jumat, 18 Agustus 2017

Kenali Karang Gigi dan Penyebabnya

Karang gigi merupakan plak gigi yang mengalami mineralisasi pada permukaan gigi maupun gigi palsu. Karang gigi ini berisi bakteri-bakteri bersama dengan kandungan anorganik seperti kalsium yang berala dari air liur (saliva) kita. Karang gigi berwarna putih atau putih kekuningan, dank eras seperti tanah liat. Warna karang gigi bias juga bervariasi menjadi kecoklatan atau kehitaman tergantung kontak dengan bahan lain, misalnya kopi, the, pewarna makanan atau tembakau pada perokok.

Karang gigi biasanya terbentuk pada bagian leher gigi yang berbatasan dengan gigi. Karang gigi ini bisa teradi diatas gusi (supra gingiva) atau terbentuk hingga ke dalam gusi (sub gingiva) yang biasanya berwarna hitam kecoklatan.
Bagaimana bisa terbentuk karang gigi itu???
Karang ggi terbentuk sisa plak yang mengalami  mineralisasi. Jadi pada awalnya adalah plak yang kurang bersih dalam menyikat gigi, kemudian mineral dari air ludah masuk ke dalam plak ini, terus menerus hingga plak mengeras dan terjadilah karang gigi (calculus). Karang gigi yang telah terbentuk ini merupakan media untuk melekatnya mineral dan plak, sehingga perlahan-lahan karang gigi menjadi lebih besar dan masuk ke dalam gusi.
Apa akibatnya bila karang gigi dibiarkan???
Karena sebenanya karang gigi ialah kumpuan bakteri yang bersingungan  dengan gusi dan jaringan di sekitar gigi, maka karang gigi dapat menyebabkan infeksi kronis atau akut pada gusi (gingivitis) atau jaringan di sekitar gigi (periodontitis).
Berikut ini adalah gejala yang sering timbul berhubungan dengan karang gigi :
-          Gusi berdarah dan kemerahan
-          Gusi membengkak dan atau bernanah
-          Gusi melorot atau gigi tanpak menjadi panjang
-          Gigi lama-lama menjadi goyang
-          Gigi menjadi meregang (timbul celah-celah antar gigi)
-          Gigi menjadi linu padahal tidak ada yang berlubang

Akibat dari karang gigi ini masih banyak dan akan kami jelaskan pada artikel yang lain. Penelitian yang terbaru menyatakan ada hubungan karang gigi dengan penyakit sistemik seperti diabetes mellitus (Kencing Manis).

Bagaimana cara menghilangkan karang gigi??? Sakit tidak???
Karang gigi yang telah mengeras dapat dibersihkan oleh dokter gigi dan atau Terapist Gigi dan Mulut menggunakan alat namanya Scaller. Pembersihan ini dapat dilakukan dengan manual yakni menggunakan instrument, seperti di congkel-congkel. Namun kini yang lazim ialah menggunakan ultrasonic scaller yang lebih praktis dan membuat si pasien nyaman.

Penulis: Andhey Badi Hi khader
Sumber : Digital Dental Anatomi



Selasa, 17 Januari 2017

Insisi (Drainase) Ekstraoral pada Infeksi Odontogen

 Gambaran klinis abses subkutan. Pembuatan  insisi pada abses subkutan, penggunaan hemostat dan pemasangan drain (Fragiskos, 2007)

Tindakan insisi pada kasus abses rongga mulut yang disebabkan oleh infeksi odontogen dapat dilakukan dengan tehnik insisi ekstra oral maupun intra oral, tergantung dari jenis dan anatomi absesnya. Penempatan insisi untuk drainase ekstra oral infeksi kepala leher harus melihat lipatan alami kulit dari garis Langer yaitu ditempatkan sejajar dengan ketegangan kulit.  Insisi yang menyilang garis Langer dari kulit bersifat tidak menguntungkan dan mengakibatkan penyembuhan yang secara kosmetik jelek. Beberapa kasus infeksi odontogen yang membutuhkan insisi ekstraoral tersebut antara lain : abses subkutan, abses bukal, abses mental, abses submental, abses submandibular, abses pharingeal lateral, abses retrofaringeal, abses spasium parotis, plegmon, dan angina ludwig. Oleh sebab itu, pengetahuan yang seksama oleh dokter gigi mengenai anatomi fascial dan leher sangat penting. 

Definisi Insisi dan Drainase
Perawatan pada abses pada prinsipnya adalah insisi dan drainase. Insisi adalah pembuatan jalan keluar nanah secara bedah (dengan scapel). Insisi drainase merupakan tindakan membuang materi purulent yang toksik, sehingga mengurangi tekanan pada jaringan, memudahkan suplai darah yang mengandung antibiotik dan elemen pertahanan tubuh serta meningkatkan kadar oksigen di daerah infeksi (Hambali, 2008).
Drainase adalah tindakan eksplorasi pada fascial space yang terlibat untuk mengeluarkan nanah dari dalam jaringan, biasanya dengan menggunakan hemostat. untuk mempertahankan drainase dari pus perlu dilakukan pemasangan drain, misalnya dengan rubber drain atau penrose drain, untuk mencegah menutupnya luka insisi sebelum drainase pus tuntas (Lopez-Piriz et al., 2007).
Tujuan Insisi dan Drainase
Tujuan dari tindakan insisi dan drainase, yaitu mencegah terjadinya perluasan abses/infeksi ke jaringan lain, mengurangi rasa sakit, menurunkan jumlah populasi mikroba beserta toksinnya, memperbaiki vaskularisasi jaringan (karena pada daerah abses vakularisasi jaringan biasanya jelek) sehingga tubuh lebih mampu menanggulangi infeksi yang ada dan pemberian antibiotik lebih efektif, dan mencegah terjadinya jaringan parut akibat drainase spontan dari abses. Selain itu, drainase dapat juga dilakukan dengan melakukan open bur dan ekstirpasi jarngan pulpa nekrotik, atau dengan pencabutan gigi penyebab (Topazian et al, 1994).
Tehnik Insisi dan Drainase
Insisi dan drainase biasanya merupakan prosedur bedah yang sederhana. Pengetahuan tentang anatomi wajah dan leher diperlukan untuk melakukan drainase yang tepat pada abses yang lebih dalam. Abses seharusnya dikeluarkan bila ada fluktuasi, sebelum pecah dan pusnya keluar. Insisi dan drainase adalah perawatan yang terbaik pada abses (Topazian et al, 1994).
Insisi tajam yang cepat pada mukosa oral yang berdekatan dengan tulang alveolar biasanya cukup untuk menghasilkan pengeluaran pus yang banyak, sebuah ungkapan abad ke-18 dan 19 yang berupa deskriptif dan seruan. Ahli bedah yang dapat membuat relief instan dan dapat sembuh dengan pengeluaran pus dari abses patut dipuji dan oleh sebab itu lebih dikenal daripada teman sejawat yang kurang terampil yang menginsisi sebelum waktunya atau pada tempat yang salah (Peterson, 2003).
Prinsip berikut ini harus digunakan bila memungkinkan pada saat melakukan insisi dan drainase adalah sebagai berikut (Topazian et al., 1994; Peterson, 2003; Odell, 2004).
  • Melakukan insisi pada kulit dan mukosa yang sehat. Insisi yang ditempatkan pada sisi fluktuasi maksimum di mana jaringannya nekrotik atau mulai perforasi dapat menyebabkan kerutan, jaringan parut yang tidak estetis (Gambar 1)
Penempatan insisi untuk drainase ekstraoral infeksi kepala leher.  Insisi pada titik-titik berikut ini digunakan untuk drainase infeksi pada spasium yang terindikasi: superficial dan deep temporal, submasseteric, submandibular, submental, sublingual, pterygomandibular, retropharyngeal,  lateral pharyngeal, retropharyngeal (Peterson, 2003)
  • Tempatkan insisi pada daerah yang dapat diterima secara estetis, seperti di bawah bayangan rahang atau pada lipatan kulit alami (Gambar 2).
Garis Langer wajah. Laserasi yang menyilang garis Langer dari kulit bersifat tidak menguntungkan dan mengakibatkan penyembuhan yang secara kosmetik jelek. Insisi bagian fasia ditempatkan sejajar dengan ketegangan kulit. (Pedersen, 1996).
  •  Apabila memungkinkan tempatkan insisi pada posisi yang bebas agar drainase sesuai dengan gravitasi.
  • Lakukan pemotongan tumpul, dengan clamp bedah rapat atau jari, sampai ke jaringan paling bawah dan jalajahi seluruh bagian kavitas abses dengan perlahan-lahan sehingga daerah kompartemen pus terganggu dan dapat diekskavasi. Perluas pemotongan ke akar gigi yang bertanggung jawab terhadap infeksi
  • Tempatkan drain (lateks steril atau catheter) dan stabilkan dengan jahitan.
  • Pertimbangkan penggunaan drain tembus bilateral, infeksi ruang submandibula.
  • Jangan tinggalkan drain pada tempatnya lebih dari waktu yang ditentukan; lepaskan drain apabila drainase sudah minimal. Adanya drain dapat mengeluarkan eksudat dan dapat menjadi pintu gerbang masuknya bakteri penyerbu sekunder.
  • Bersihkan tepi luka setiap hari dalam keadaan steril untuk membersihkan bekuan darah dan debris.
Pengetahuan yang seksama mengenai anatomi fascial dan leher sangat penting untuk drain yang tepat pada abses yang dalam, tetapi abses yang membatasi daerah dentoalveolar menunjukkan batas anatomi yang tidak jelas bagi ahli bedah. Hanya mukosa yang tipis dan menonjol yang memisahkan scalpel dari infeksi. Idealnya, abses harus didrain ketika ada fluktuasi sebelum ada ruptur dan drainase spontan. Insisi dan drainase paling bagus dilakukan pada saat ada tanda awal dari “pematangan” abses ini, meskipun drainase pembedahan juga efektif, sebelum adanya perkembangan klasik fluktuasi (Peterson, 2003).
Teknik insisi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Peterson, 2003).
(1)   Aplikasi larutan antiseptik sebelum insisi.
(2)   Anestesi dilakukan pada daerah sekitar drainase abses yang akan dilakukan dengan anestesi infiltrasi.
(3)   Untuk mencegah penyebaran mikroba ke jaringan sekitarnya maka direncanakan insisi :
  • Menghindari duktus (Wharton, Stensen) dan pembuluh darah besar.
  • Drainase yang cukup, maka insisi dilakukan pada bagian superfisial pada titik terendah akumulasi untuk menghindari sakit dan pengeluaran pus sesuai gravitasi.
  • Jika memungkinkan insisi dilakukan pada daerah yang baik secara estetik, jika memungkinkan dilakukan secara intraoral.
  • Insisi dan drainase abses harus dilakukan pada saat yang tepat, saat fluktuasi positif.
(4)   Drainase abses diawali dengan hemostat dimasukkan ke dalam rongga abses dengan ujung tertutup, lakukan eksplorasi kemudian dikeluarkan dengan unjung terbuka.  Bersamaan dengan eksplorasi, dilakukan pijatan lunak untuk mempermudah pengeluaran pus.
(5)   Penembatan drain karet di dalam rongga abses dan distabilasi dengan jahitan pada salah satu tepi insisi untuk menjaga insisi menutup dan drainase.
(6)   Pencabutan gigi penyebab secepatnya.

copyright:dentistalit@yahoo.co.id

Manfaat Keju untuk Gigi


Keju mengandung karbohidrat yang rendah, tetapi banyak mengandung kalsium dan fosfor. Komposisi nutrisi seperti ini menjadikan keju mampu mengendalikan pertumbuhan bakteri penyebab keropos gigi, dengan cara menjaga keseimbangan keasaman (pH) mulut. Selain itu keju juga dapat menjaga keutuhan email gigi, bahkan membantu pembentukannya kembali. Dengan makan keju, mulut memproduksi lebih banyak air liur, yang dapat membunuh bakteri penyebab gigi berlubang dan penyakit gusi.
  • Menurut Dr. Vida Kolahi (Cathedral Dental Clinic di Cardiff, Wales) dalam artikelnya di Guardian,mengatakan keju mengandung alkali, yang menetralkan asam yang tertinggal oleh makanan yang kita konsumsi.
  • Caplice dan Fitzgerald (1999), serta Kuipers et al (2000) dalam Beasley (2004) menyatakan bahwa agen antimikroba utama dari keju adalah asam laktat dan asam organik. Asam tersebut akan menyebabkan turunnya pH lingkungan pertumbuhan bakteri sehingga permeabilitas dinding sel bakteri menjadi terganggu. Selanjutnya agen antimikroba ini dapat masuk ke dalam sel bakteri dan mengganggu keseimbangan sel bakteri yang pada akhirnya menyebabkan pecahnya dinding sel bakteri.
  • Sedangkan menurut penelitian Harper et al (1986) dan Reynolds (1997), menyatakan bahwa efek positif dari dari keju terhadap gigi (bersifat antikariogenik) disebabkan oleh efek langsung adanya kandungan dari phosphoprotein casein dan calcium phosphate yang menekan demineralisasi dan meningkatkan reminelasasi gigi.
Related articles:
  1. Effect of Cheese, with and without Sucrose, on Dental Caries and Recovery of Streptococcus mutans in Rats (Rosen et al. J DENT RES June 1984 63 (6): 894-896)
  2. Effect of CPP-ACP paste on tooth mineralization: an FE-SEM study
  3. Lactid acids bacteria benefits
  4. Effects of Cheese Extract and its Fractions on Enamel Demineralization in vitro and in vivo in Humans (Silva et al. J DENT RES October 1987 66: 1527-1532)

Sejarah Penemuan Sikat Gigi




Tahukah Anda bahwa kebiasaan membersihkan gigi telah dimulai ribuan tahun yang lalu oleh bangsa Babilonia ? Sejarah mencatat bahwa pada tahun 3500 SM, bangsa Babilonia kuno telah menggunakan chewingstick (rempah yang dikunyah) untuk membersihkan gigi mereka. Tidak hanya bangsa babilonia, orang Asia dan Afrika juga menggunakan chewingstick untuk membersihkan gigi mereka. Orang Asia dan Afrika biasanya menggunakan ranting, akar atau bagian pohon yang telah diuapi untuk dikunyah. Orang-orang Cinalah yang dipercaya menggunakan sikat gigi untuk pertama kalinya pada tahun 1400-an. Pada saat itu sikat gigi dibuat dengan menggunakan bulu landak yang ditancapkan di sebatang tongkat bambu atau tulang binatang seukuran pensil.

Penemu konsep sikat gigi modern seperti yang kita gunakan saat ini adalah seorang narapidana Inggris bernama William Addis di dalam penjara. Dia menggunakan tulang yang dilubangi kecil-kecil, kemudian mengisinya dengan bulu binatang yang didapat dari penjaga penjara. Agar tidak mudah lepas, William mengelem bulu-bulu itu menjadi satu. Berkat temuannya ini William Addis menjadi seorang jutawan begitu keluar dari penjara. Hingga tahun 1930-an, orang-orang masih menggunakan tulang dan bulu binatang sebagai bahan utama sikat gigi. Sampai akhirnya, Wallace H. Carohers menciptakan bulu sikat dari bahan nilon di laboratorium Du Pont. Penemuan ini lalu mengubah sejarah sikat gigi untuk selamanya. Di tahun 1938, nilon menjadi salah satu tanda dimulainya masa modern, mulai dari penciptaan stoking nilon sampai diciptakannya Dr. West’s Miracle-Tuft Toothbrush, sikat gigi pertama yang terbuat dari nilon.

Pemilihan Sikat Gigi
Sikat gigi telah lama dikenal oleh semua lapisan masyarakat dan menggunakannya sebagai bagian dari kehidupannya. Secara umum menyikat gigi bertujuan untuk memelihara kebersihan gigi dan kesehatan mulut terutama gigi dan jaringan sekitarnya, menimbulkan rasa segar dalam mulut dengan penambahan pasta gigi, mencegah terjadinya karies dan penyakit periodontal, mencegah tertumpuknya sisa makanan pada sela-sela ggi serta dapat memassage (pemijatan) gingiva. Secara khusus menyikat gigi bertujuan untuk menjaga kesehatan gigi pemakai piranti ortodonsi cekat dan gigi tiruan serta perawatan periodonsia dan perawatan pasca bedah.
Sesuai dengan kemajuan tehnologi dijumpai berbagai macam bentuk sikat gigi yang dijual di pasaran. Banyak jenis-jenis sikat gigi dipasaran ini tentu saja membingungkan masyarakat untuk memilihnya. Dasar pemilihan sikat gigi dapt dipengaruhi oleh warna dan bentuk sikat, harga dan promosi oleh media cetak maupun media elektronik serta anjuran dokter gigi atau tenaga ahli kepada pasienya sesuai dengan kondisi gigi dan perawatan giginya. Berdasarkan cara menggerakkannya, sikat gigi dikenal sikat gigi elektrik dan sikat gigi manual. Sikat gigi manual sangat beragam desainnya. Minimal sikat gigi terdiri atas kepala dan tangkai sikat. Dilihat dari bentuk kepala sikat gigi, terdapat berbagai macam bentuk permukaan bulu sikat, ujung bulu sikat, bahan bulu sikat dan kekakuan bulu sikat dan rumpun bulu sikat (tufted).
Ada beberapa tehnik dan metode menyikat gigi yang dianjurkan oleh beberapa ahli. Pada umumnya tehnik menyikat gigi yang dikenal adalah secara vertikal, horizontal, rotary, vibratory, dan tehnik up and down. Beberapa ahli menciptakan metode penyikatan gigi yang bertujuan khusus seperti metode Bass, metode Stillman yang dimodifikasi dan metode Carter. Metode Bass dianjurkan untuk penyikatan gigi secara rutin sehari-harinya dan pada individu yang tidak memiliki kelainan periodontal serta dikonsentrasikan untuk membersihkan gigi pada daerah interproksimal dan daerah sulkus gingiva. Metode Stillman yang dimodifikasi dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi gingiva. Metode Charter dianjurkan untuk penyikatan sementara pada daerah penyembuhan luka pasca perawatan bedah periodontal untuk mendapatkan efek message gingiva.
“Semua cara menyikat gigi tersebut tidak ada satupun cara yang lebih baik daripada cara yang lain karena masing-masing cara harus disesuaikan dengan keadaan gigi geligi dan kemampuan sikat gigi tersebut untuk membersihkannya”
Individu yang memiliki susunan gigi yang rata dan tidak memiliki masalah dengan jaringan periodontalnya maka dapat memilih sikat gigi dengan permukaan yang rata dan menyikat gigi dengan semua tehnik menyikat gigi. Individu yang memilki susunan gigi yang berjejal lebih efektif memakai sikat gigi zig-zag, interdentalmaupun saling silang (exceed) dengan tehnik menyikat gigi secara vertikal. Individu yang mempunyai masalah dengan susunan gigi yang berjejal di bagian depan dan plak sukar dibersihkan di bagian lingual maka lebih efektif  memakai sikat gigi yang berujung runcing dan dengan gerakan menarik sikat dari arah lingual ke arah luar dengan gerakan pendek-pendek. Individu yang mempunyai noda (stain) pada bagian fasial gigi maka dianjurkan memakai sikat gigi progresive.
Pada individu yang sedang dalam perawatan, apakah itu perawatan ortodonsi, perawatan periodonsi, pasca bedah atau pemakai gigi tiruan sebaiknya mempunyai sikat gigi khusus dengan tehnik khusus juga. Pada individu yang sedang memakai piranti ortodonsi cekat sebaiknya menyikat gigi secara lembut dengan menggunakan kombinasi tehnik vibratory dan horizontal, metode Bass untuk sulkus fasial, metode Stillman dimodifikasi untuk permukaan lingual. Selain memakai sikat gigi khusus untuk piranti ortodonsia cekat juga dianjurkan memakai sikat gigi yang dapat membersihkan daerah sulkus gingiva untuk mencegah terjadinya gingivitis. Sikat gigi tersebut misalnya braces tooth brush yaitu sikat gigi dengan permukaan bulu sikat gigi berbentuk V, sikat gigi interdental dan ortoprox/ interproximal cleaning brush.
Pada individu pemakai gigi tiruan penuh dapat memakai sikat gigi untuk perawatan kebersihan gigi sehari-hari dan sikat gigi multi tufted dengan kepala ganda. Untuk individu yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan, sedikitnya memiliki 2 sikat gigi, pertama untuk menyikat gigi aslinya dan kedua untuk menyikat gigi tiruannya. Pada individu yang memakai gigi tiruan cekat jembatan, yang paling penting dijaga kebersihannya adalah gigi penyangga. Pada daerah tepi, gusi disikat dengan memakai sikat gigi interdental dan menggunakan tehnik vibratory dan tehnik kombinasi.

Demi Tampil Keren, Artis-artis Indonesia ini Putuskan untuk Veneer Gigi

 
Memiliki gigi yang putih dan rapi tentunya menjadi dambaan semua orang. Gigi yang berderet rapi akan membuat tingkat kepercayaan diri semakin meningkat. Berbagai macam cara agar gigi terlihat putih bisa dilakukan, seperti bleaching dan veneer.
Belakangan ini veneer gigi menjadi semakin tren di tanah air. Berbeda dengan bleaching, proses veneer gigi seperti memberi lapisan baru pada gigi, sehingga seperti memakai sarung. Dengan veneer, gigi akan terlihat proporsional meskipun gigi asli tidak rapi.
Nah, tren veneer gigi ini juga menghinggapi artis Indonesia. Meskipun harus rela merogoh kocek yang dalam, tetapi mereka tidak terlalu mempersoalkan untuk veneer. Ingin tahu lebih banyak siapa saja artis yang melakukan veneer gigi? Ini dia deretan 10 artis yang veneer gigi seperti dihimpun brilio.net dari akun Instagram pribadinya
1. Olla Ramlan
foto: instagram.com/ollaramlanaufar
Artis cantik ini diyakini sebagai pelopor veneer gigi kelinci. Ia yang pertama kali terlihat giginya di veneer. Dengan model gigi kelinci, Olla terlihat semakin manis.
2. Gisella Anastasia

Penyanyi cantik ini terlihat giginya di veneer. Semakin terlihat matching dengan warna kulitnya yang putih ya?
3. Tyas Mirasih

foto: instagram.com/tyasmirasih
Ratu FTV ini juga sudah memutuskan untuk veneer gigi. Wajahnya kian terlihat makin seksi dengan gigi barunya.
4. Aurel Hermansyah

foto: instagram.com/aurelie.hermansyah
Artis yang selalu diisukan permak wajah ini juga tidak mau ketinggalan. Aurel memutuskan untuk veneer gigi berbarengan dengan ibu tirinya Ashanty. Wah makin kompak ya ibu dan anak ini.
5. Laudya Cynthia Bella

foto: instagram.com/laudyacynthiabella
Artis cantik yang memutuskan untuk berhijab ini juga ikut tren veneer gigi. Wajahnya yang meneduhkan terlihat makin cantik dengan gigi yang putih dan rapi.
6. Andien Aisyah

foto: instagram.com/andienaisyah
Penyanyi mungil ini juga tak mau ketinggalan tren veneer gigi. Dia terlihat makin manis dengan gigi kelincinya.
7. Deddy Corbuzier

foto: instagram.com/mastercorbuzier
Sebagai entertainer, Deddy pun tidak mau kalah. Ia juga memutuskan untuk veneer gigi meskipun tren itu umum dilakukan para wanita. Gara-gara veneer Illusionis ini makin terlihat tampan dan gagah ya?
8. Yuni Shara

foto: instagram.com/yunishara36
Penyanyi yang selalu terlihat awet muda ini juga sudah lama memutuskan untuk veneer gigi. Mantan Raffi Ahmad ini juga makin terlihat cantik dengan gigi barunya.
9. Cita Citata

foto: instagram.com/cita_citata
Penyanyi dangdut cantik ini pun tidak mau kalah dengan artis lainnya. Ia pun memutuskan untuk veneer gigi. Makin cakep dengan giginya yang putih dan rapi.
10. Nikita Willy

foto: instagram.com/nikitawillyofficial94
Artis yang selalu terlihat tampil lebih dewasa dari usianya ini juga mengikuti tren veneer gigi. Ia makin terlihat seksi dengan giginya yang terlihat putih.
Kamu tertarik untuk veneer gigi nggak nih?

Sumber : https://www.brilio.net


Selasa, 10 Januari 2017

Antara Gigi dan Wajah

Ybhm2xvgbgsrvcvgm0cj


Memiliki wajah yang segar dan cerah merupakan dambaan dari setiap manusia. Tidak hanya wanita, para pria pun menginginkan wajah yang cerah, tidak kusam, dan selalu segar. Berbagai cara dilakukan untuk mempertahankan kesegaran wajah seperti menjaga kebersihan wajah, menggunakan produk-produk perawatan wajah, pergi ke klinik kecantikan atau salon, hingga menjaga asupan nutrisi dengan menambah suplemen-suplemen tertentu yang bermanfaat untuk regenerasi sel-sel kulit wajah yang sudah rusak atau mati.

Lalu apa hubungannya gigi dengan kesegaran wajah?

Kita pasti sudah sepakat kalau gigi merupakan salah satu organ tubuh yang penting dalam kehidupan manusia. Gigi merupakan alat pencernaan pertama yang bertemu dengan makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh kita. Makanan pertama kali diolah dan di bentuk sedemikian rupa oleh gigi-gigi kita agar siap untuk diproses di tahap selanjutnya oleh organ tubuh manusia yang lain.

Gigi Tidak Beraturan

Untuk dapat menghasilkan olahan makanan yang baik, gigi-geligi juga harus dalam kondisi yang baik. Gigi yang bersusun secara tidak beraturan akan berdampak pada kualitas hasil olahan makanan yang kita makan. Beberapa kondisi gigi yang tidak beraturan diantaranya:

1. Gigi Berjejal (Crowded)

Gigi berjejal atau bertumpuk disebabkan karena ruangan yang tidak mencukupi untuk tempat gigi-gigi yang tumbuh (erupsi). Hal ini bisa disebabkan ukuran rahang yang tidak sesuai dengan ukuran gigi-gigi, atau karena pada masa pertumbuhan periode gigi campuran antara gigi susu dan gigi tetap (mixed dentition), terjadi persistensi (terlambat tanggal/dicabut) saat benih gigi tetap sudah siap keluar. Hal ini menandakan pentingnya untuk memeriksakan kondisi gigi-gigi sejak dini. American Dental Association menganjurkan untuk memeriksakan kondisi susunan gigi-geligi sejak usia 7 tahun. (Sumber : American Association of Orthodontists, https://www.mylifemysmile.org/)

Gigi berjejal akan mengakibatkan makanan yang kita makan tidak dikunyah (diolah) dengan sempurna. Hal ini mengakibatkan nutrisi yang kita peroleh tidak akan terserap dengan baik oleh tubuh kita, termasuk nutrisi yang bermanfaat untuk regenerasi
U7mdnmsxoduziw0n2nma Source: Pasien Pribadi
Selain itu, gigi berjejal akan mengakibatkan sisa-sisa dari makanan yang kita makan mudah terselip atau “nyangkut” di sela-sela gigi yang berjejal tersebut. Hal ini akan menjadikan bakteri tumbuh dengan subur di daerah-daerah gigi yang berjejal karena biasanya di daerah tersebut sulit untuk dibersihkan dengan sikat gigi saja. Akhirnya, gigi-gigi kita mudah mengalami karies (berlubang), dan bisa menimbulkan bau tidak sedap.
Kondisi-kondisi ini pun akan membuat “mood” kita dan orang sekitar kita menjadi terganggu. Wajah kita pun akan terlihat tidak segar karena hal ini terlebih jika kondisi yang berjejal ini mengganggu penampilan dan rasa percaya diri kita. (Sumber: http://www.naturalnews.com/041391_braces_tooth_decay_malnutrition.html)

2. Gigi Jarang (Diastema)

Susunan gigi yang terlihat jarang-jarang atau terdapat ruangan yang cukup terlihat diantara gigi-gigi dinamakan Diastema. Hal ini disebabkan karena banyak hal, diantaranya apabila terdapat kehilangan gigi (pernah ada gigi yang dicabut), lalu tidak segera diganti dengan gigi tiruan. Diastema juga bisa disebabkan karena adanya gigi yang berlubang besar sehingga terjadi pergeseran dari gigi-gigi di sebelahnya. Penyebab lain dari diastema bisa disebabkan ukuran rahang yang tidak sesuai dengan ukuran gigi-gigi.

Diastema dapat menyebabkan beberapa gangguan pencernaan, diantaranya mudah tersangkutnya makanan di ruang antara gigi tersebut. Diastema juga dapat mengakibatkan gangguan penampilan dan rasa percaya diri.
Wa0cfzysbkttfhacpqiq Source: Pasien Pribadi
Cnphb0gkkx3fetrmmitc Source: (c) Handbook of Orthodontics, Cobourne, Martyn T., DiBiase, Andrew T., Mosby, 2009

3. Susunan gigi yang tidak simetris

Keharmonisan susunan gigi-gigi baik masing-masing rahang atau antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah sangat penting untuk menunjang penampilan wajah kita. Apabila hubungan gigi-gigi rahang atas dan bawah tidak sempurna (tidak ber oklusi dengan sempurna), bisa menimbulkan gangguan pencernaan, gangguan sendi rahang (sendi temporo mandibular/TMJ), dan asimetris wajah (wajah jadi tidak seimbang/tidak simetris).

Susunan gigi depan yang tidak simetris juga akan membuat wajah terlihat tidak seimbang atau terlihat miring. Hal ini akan menimbulkan gangguan penampilan kita.
Ybhm2xvgbgsrvcvgm0cj 
Cqptb5rlxkyeq1bikd5t Source: Esthetics and Biomechanics in Orthodontics, Nanda, Ravindra, Elsevier Saunders, 2015
 
Selain ketiga hal diatas, ada beberapa jenis lain dari ketidak beraturan susunan gigi-geligi. Akibat-akibat lain yang sedang banyak dibicarakan di negara-negara maju diantaranya gangguan pernapasan (airway problem) dan gangguan tidur (obstructive sleep apnoea) akibat kondisi gigi yang tidak beraturan. Apabila seseorang mengalami salah satu dari kedua gangguan tersebut, otomatis kualitas hidupnya akan terganggu. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki kondisi gigi berjejal atau pernah mengalami kehilangan gigi akan mengalami penyempitan pada rahangnya. Hal ini akan menyebabkan lidah terdesak ke belakang dan ruangan di rongga mulut seolah-olah mengecil.

Udara (oksigen) yang masuk ke dalam tubuh kita pun akan terhambat. Biasanya hal ini ditandai dengan adanya snoring atau mendengkur saat tidur. Gangguan pernapasan seperti ini akan menimbulkan gangguan tidur, yang akhirnya menurunkan kualitas hidup kita karena kurangnya suplai oksigen, nutrisi, serta kurang baiknya kualitas tidur kita. Hal ini tentu saja berpengaruh pada kesegaran wajah kita seharihari. (Victor Lyle D, 1999)

Penanggulangan:

Apabila anda mengalami kondisi-kondisi seperti diatas, langkah terbaik adalah segera periksakan gigi anda ke dokter gigi. Berbagai perawatan yang bisa dilakukan akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang dialami. Apabila gigi kita berlubang, maka akan dilakukan penambalan atau perawatan endodontik (perawatan saluran akar). Apabila kehilangan gigi, maka akan dianjurkan untuk membuat gigi tiruan baik lepasan maupun cekat (bridge atau implant).

Untuk kondisi gigi berjejal, diastema, dan gangguan oklusi maka yang terbaik adalah melakukan perawatan orthodonti baik dengan alat lepasan (kawat atau clear aligner) ataupun alat cekat/permanen seperti bracket/behel. Sebelum perawatan dilakukan, dokter gigi akan melakukan prosedur-prosedur pemeriksaan sehingga pemilihan rencana perawatan dapat dilakukan dengan tepat dan efektif.

Di Tulis Oleh : dr. Ari Harsoputranto

Dokter Gigi di Brawijaya Clinic Buah Batu Bandung, Indonesia

Consulting Clinical Hypnotherapist (NGH USA)

Certified Hypnotist and Instructor (IBH Indonesia)

Neuro Linguistic Programme Coach (NCA Indonesia)

Course Coordinator di Excellence in Orthodontics and Dentofacial Orthopaedics (Sydney, Australia)