Selasa, 17 Januari 2017

Insisi (Drainase) Ekstraoral pada Infeksi Odontogen

 Gambaran klinis abses subkutan. Pembuatan  insisi pada abses subkutan, penggunaan hemostat dan pemasangan drain (Fragiskos, 2007)

Tindakan insisi pada kasus abses rongga mulut yang disebabkan oleh infeksi odontogen dapat dilakukan dengan tehnik insisi ekstra oral maupun intra oral, tergantung dari jenis dan anatomi absesnya. Penempatan insisi untuk drainase ekstra oral infeksi kepala leher harus melihat lipatan alami kulit dari garis Langer yaitu ditempatkan sejajar dengan ketegangan kulit.  Insisi yang menyilang garis Langer dari kulit bersifat tidak menguntungkan dan mengakibatkan penyembuhan yang secara kosmetik jelek. Beberapa kasus infeksi odontogen yang membutuhkan insisi ekstraoral tersebut antara lain : abses subkutan, abses bukal, abses mental, abses submental, abses submandibular, abses pharingeal lateral, abses retrofaringeal, abses spasium parotis, plegmon, dan angina ludwig. Oleh sebab itu, pengetahuan yang seksama oleh dokter gigi mengenai anatomi fascial dan leher sangat penting. 

Definisi Insisi dan Drainase
Perawatan pada abses pada prinsipnya adalah insisi dan drainase. Insisi adalah pembuatan jalan keluar nanah secara bedah (dengan scapel). Insisi drainase merupakan tindakan membuang materi purulent yang toksik, sehingga mengurangi tekanan pada jaringan, memudahkan suplai darah yang mengandung antibiotik dan elemen pertahanan tubuh serta meningkatkan kadar oksigen di daerah infeksi (Hambali, 2008).
Drainase adalah tindakan eksplorasi pada fascial space yang terlibat untuk mengeluarkan nanah dari dalam jaringan, biasanya dengan menggunakan hemostat. untuk mempertahankan drainase dari pus perlu dilakukan pemasangan drain, misalnya dengan rubber drain atau penrose drain, untuk mencegah menutupnya luka insisi sebelum drainase pus tuntas (Lopez-Piriz et al., 2007).
Tujuan Insisi dan Drainase
Tujuan dari tindakan insisi dan drainase, yaitu mencegah terjadinya perluasan abses/infeksi ke jaringan lain, mengurangi rasa sakit, menurunkan jumlah populasi mikroba beserta toksinnya, memperbaiki vaskularisasi jaringan (karena pada daerah abses vakularisasi jaringan biasanya jelek) sehingga tubuh lebih mampu menanggulangi infeksi yang ada dan pemberian antibiotik lebih efektif, dan mencegah terjadinya jaringan parut akibat drainase spontan dari abses. Selain itu, drainase dapat juga dilakukan dengan melakukan open bur dan ekstirpasi jarngan pulpa nekrotik, atau dengan pencabutan gigi penyebab (Topazian et al, 1994).
Tehnik Insisi dan Drainase
Insisi dan drainase biasanya merupakan prosedur bedah yang sederhana. Pengetahuan tentang anatomi wajah dan leher diperlukan untuk melakukan drainase yang tepat pada abses yang lebih dalam. Abses seharusnya dikeluarkan bila ada fluktuasi, sebelum pecah dan pusnya keluar. Insisi dan drainase adalah perawatan yang terbaik pada abses (Topazian et al, 1994).
Insisi tajam yang cepat pada mukosa oral yang berdekatan dengan tulang alveolar biasanya cukup untuk menghasilkan pengeluaran pus yang banyak, sebuah ungkapan abad ke-18 dan 19 yang berupa deskriptif dan seruan. Ahli bedah yang dapat membuat relief instan dan dapat sembuh dengan pengeluaran pus dari abses patut dipuji dan oleh sebab itu lebih dikenal daripada teman sejawat yang kurang terampil yang menginsisi sebelum waktunya atau pada tempat yang salah (Peterson, 2003).
Prinsip berikut ini harus digunakan bila memungkinkan pada saat melakukan insisi dan drainase adalah sebagai berikut (Topazian et al., 1994; Peterson, 2003; Odell, 2004).
  • Melakukan insisi pada kulit dan mukosa yang sehat. Insisi yang ditempatkan pada sisi fluktuasi maksimum di mana jaringannya nekrotik atau mulai perforasi dapat menyebabkan kerutan, jaringan parut yang tidak estetis (Gambar 1)
Penempatan insisi untuk drainase ekstraoral infeksi kepala leher.  Insisi pada titik-titik berikut ini digunakan untuk drainase infeksi pada spasium yang terindikasi: superficial dan deep temporal, submasseteric, submandibular, submental, sublingual, pterygomandibular, retropharyngeal,  lateral pharyngeal, retropharyngeal (Peterson, 2003)
  • Tempatkan insisi pada daerah yang dapat diterima secara estetis, seperti di bawah bayangan rahang atau pada lipatan kulit alami (Gambar 2).
Garis Langer wajah. Laserasi yang menyilang garis Langer dari kulit bersifat tidak menguntungkan dan mengakibatkan penyembuhan yang secara kosmetik jelek. Insisi bagian fasia ditempatkan sejajar dengan ketegangan kulit. (Pedersen, 1996).
  •  Apabila memungkinkan tempatkan insisi pada posisi yang bebas agar drainase sesuai dengan gravitasi.
  • Lakukan pemotongan tumpul, dengan clamp bedah rapat atau jari, sampai ke jaringan paling bawah dan jalajahi seluruh bagian kavitas abses dengan perlahan-lahan sehingga daerah kompartemen pus terganggu dan dapat diekskavasi. Perluas pemotongan ke akar gigi yang bertanggung jawab terhadap infeksi
  • Tempatkan drain (lateks steril atau catheter) dan stabilkan dengan jahitan.
  • Pertimbangkan penggunaan drain tembus bilateral, infeksi ruang submandibula.
  • Jangan tinggalkan drain pada tempatnya lebih dari waktu yang ditentukan; lepaskan drain apabila drainase sudah minimal. Adanya drain dapat mengeluarkan eksudat dan dapat menjadi pintu gerbang masuknya bakteri penyerbu sekunder.
  • Bersihkan tepi luka setiap hari dalam keadaan steril untuk membersihkan bekuan darah dan debris.
Pengetahuan yang seksama mengenai anatomi fascial dan leher sangat penting untuk drain yang tepat pada abses yang dalam, tetapi abses yang membatasi daerah dentoalveolar menunjukkan batas anatomi yang tidak jelas bagi ahli bedah. Hanya mukosa yang tipis dan menonjol yang memisahkan scalpel dari infeksi. Idealnya, abses harus didrain ketika ada fluktuasi sebelum ada ruptur dan drainase spontan. Insisi dan drainase paling bagus dilakukan pada saat ada tanda awal dari “pematangan” abses ini, meskipun drainase pembedahan juga efektif, sebelum adanya perkembangan klasik fluktuasi (Peterson, 2003).
Teknik insisi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Peterson, 2003).
(1)   Aplikasi larutan antiseptik sebelum insisi.
(2)   Anestesi dilakukan pada daerah sekitar drainase abses yang akan dilakukan dengan anestesi infiltrasi.
(3)   Untuk mencegah penyebaran mikroba ke jaringan sekitarnya maka direncanakan insisi :
  • Menghindari duktus (Wharton, Stensen) dan pembuluh darah besar.
  • Drainase yang cukup, maka insisi dilakukan pada bagian superfisial pada titik terendah akumulasi untuk menghindari sakit dan pengeluaran pus sesuai gravitasi.
  • Jika memungkinkan insisi dilakukan pada daerah yang baik secara estetik, jika memungkinkan dilakukan secara intraoral.
  • Insisi dan drainase abses harus dilakukan pada saat yang tepat, saat fluktuasi positif.
(4)   Drainase abses diawali dengan hemostat dimasukkan ke dalam rongga abses dengan ujung tertutup, lakukan eksplorasi kemudian dikeluarkan dengan unjung terbuka.  Bersamaan dengan eksplorasi, dilakukan pijatan lunak untuk mempermudah pengeluaran pus.
(5)   Penembatan drain karet di dalam rongga abses dan distabilasi dengan jahitan pada salah satu tepi insisi untuk menjaga insisi menutup dan drainase.
(6)   Pencabutan gigi penyebab secepatnya.

copyright:dentistalit@yahoo.co.id

Manfaat Keju untuk Gigi


Keju mengandung karbohidrat yang rendah, tetapi banyak mengandung kalsium dan fosfor. Komposisi nutrisi seperti ini menjadikan keju mampu mengendalikan pertumbuhan bakteri penyebab keropos gigi, dengan cara menjaga keseimbangan keasaman (pH) mulut. Selain itu keju juga dapat menjaga keutuhan email gigi, bahkan membantu pembentukannya kembali. Dengan makan keju, mulut memproduksi lebih banyak air liur, yang dapat membunuh bakteri penyebab gigi berlubang dan penyakit gusi.
  • Menurut Dr. Vida Kolahi (Cathedral Dental Clinic di Cardiff, Wales) dalam artikelnya di Guardian,mengatakan keju mengandung alkali, yang menetralkan asam yang tertinggal oleh makanan yang kita konsumsi.
  • Caplice dan Fitzgerald (1999), serta Kuipers et al (2000) dalam Beasley (2004) menyatakan bahwa agen antimikroba utama dari keju adalah asam laktat dan asam organik. Asam tersebut akan menyebabkan turunnya pH lingkungan pertumbuhan bakteri sehingga permeabilitas dinding sel bakteri menjadi terganggu. Selanjutnya agen antimikroba ini dapat masuk ke dalam sel bakteri dan mengganggu keseimbangan sel bakteri yang pada akhirnya menyebabkan pecahnya dinding sel bakteri.
  • Sedangkan menurut penelitian Harper et al (1986) dan Reynolds (1997), menyatakan bahwa efek positif dari dari keju terhadap gigi (bersifat antikariogenik) disebabkan oleh efek langsung adanya kandungan dari phosphoprotein casein dan calcium phosphate yang menekan demineralisasi dan meningkatkan reminelasasi gigi.
Related articles:
  1. Effect of Cheese, with and without Sucrose, on Dental Caries and Recovery of Streptococcus mutans in Rats (Rosen et al. J DENT RES June 1984 63 (6): 894-896)
  2. Effect of CPP-ACP paste on tooth mineralization: an FE-SEM study
  3. Lactid acids bacteria benefits
  4. Effects of Cheese Extract and its Fractions on Enamel Demineralization in vitro and in vivo in Humans (Silva et al. J DENT RES October 1987 66: 1527-1532)

Sejarah Penemuan Sikat Gigi




Tahukah Anda bahwa kebiasaan membersihkan gigi telah dimulai ribuan tahun yang lalu oleh bangsa Babilonia ? Sejarah mencatat bahwa pada tahun 3500 SM, bangsa Babilonia kuno telah menggunakan chewingstick (rempah yang dikunyah) untuk membersihkan gigi mereka. Tidak hanya bangsa babilonia, orang Asia dan Afrika juga menggunakan chewingstick untuk membersihkan gigi mereka. Orang Asia dan Afrika biasanya menggunakan ranting, akar atau bagian pohon yang telah diuapi untuk dikunyah. Orang-orang Cinalah yang dipercaya menggunakan sikat gigi untuk pertama kalinya pada tahun 1400-an. Pada saat itu sikat gigi dibuat dengan menggunakan bulu landak yang ditancapkan di sebatang tongkat bambu atau tulang binatang seukuran pensil.

Penemu konsep sikat gigi modern seperti yang kita gunakan saat ini adalah seorang narapidana Inggris bernama William Addis di dalam penjara. Dia menggunakan tulang yang dilubangi kecil-kecil, kemudian mengisinya dengan bulu binatang yang didapat dari penjaga penjara. Agar tidak mudah lepas, William mengelem bulu-bulu itu menjadi satu. Berkat temuannya ini William Addis menjadi seorang jutawan begitu keluar dari penjara. Hingga tahun 1930-an, orang-orang masih menggunakan tulang dan bulu binatang sebagai bahan utama sikat gigi. Sampai akhirnya, Wallace H. Carohers menciptakan bulu sikat dari bahan nilon di laboratorium Du Pont. Penemuan ini lalu mengubah sejarah sikat gigi untuk selamanya. Di tahun 1938, nilon menjadi salah satu tanda dimulainya masa modern, mulai dari penciptaan stoking nilon sampai diciptakannya Dr. West’s Miracle-Tuft Toothbrush, sikat gigi pertama yang terbuat dari nilon.

Pemilihan Sikat Gigi
Sikat gigi telah lama dikenal oleh semua lapisan masyarakat dan menggunakannya sebagai bagian dari kehidupannya. Secara umum menyikat gigi bertujuan untuk memelihara kebersihan gigi dan kesehatan mulut terutama gigi dan jaringan sekitarnya, menimbulkan rasa segar dalam mulut dengan penambahan pasta gigi, mencegah terjadinya karies dan penyakit periodontal, mencegah tertumpuknya sisa makanan pada sela-sela ggi serta dapat memassage (pemijatan) gingiva. Secara khusus menyikat gigi bertujuan untuk menjaga kesehatan gigi pemakai piranti ortodonsi cekat dan gigi tiruan serta perawatan periodonsia dan perawatan pasca bedah.
Sesuai dengan kemajuan tehnologi dijumpai berbagai macam bentuk sikat gigi yang dijual di pasaran. Banyak jenis-jenis sikat gigi dipasaran ini tentu saja membingungkan masyarakat untuk memilihnya. Dasar pemilihan sikat gigi dapt dipengaruhi oleh warna dan bentuk sikat, harga dan promosi oleh media cetak maupun media elektronik serta anjuran dokter gigi atau tenaga ahli kepada pasienya sesuai dengan kondisi gigi dan perawatan giginya. Berdasarkan cara menggerakkannya, sikat gigi dikenal sikat gigi elektrik dan sikat gigi manual. Sikat gigi manual sangat beragam desainnya. Minimal sikat gigi terdiri atas kepala dan tangkai sikat. Dilihat dari bentuk kepala sikat gigi, terdapat berbagai macam bentuk permukaan bulu sikat, ujung bulu sikat, bahan bulu sikat dan kekakuan bulu sikat dan rumpun bulu sikat (tufted).
Ada beberapa tehnik dan metode menyikat gigi yang dianjurkan oleh beberapa ahli. Pada umumnya tehnik menyikat gigi yang dikenal adalah secara vertikal, horizontal, rotary, vibratory, dan tehnik up and down. Beberapa ahli menciptakan metode penyikatan gigi yang bertujuan khusus seperti metode Bass, metode Stillman yang dimodifikasi dan metode Carter. Metode Bass dianjurkan untuk penyikatan gigi secara rutin sehari-harinya dan pada individu yang tidak memiliki kelainan periodontal serta dikonsentrasikan untuk membersihkan gigi pada daerah interproksimal dan daerah sulkus gingiva. Metode Stillman yang dimodifikasi dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi gingiva. Metode Charter dianjurkan untuk penyikatan sementara pada daerah penyembuhan luka pasca perawatan bedah periodontal untuk mendapatkan efek message gingiva.
“Semua cara menyikat gigi tersebut tidak ada satupun cara yang lebih baik daripada cara yang lain karena masing-masing cara harus disesuaikan dengan keadaan gigi geligi dan kemampuan sikat gigi tersebut untuk membersihkannya”
Individu yang memiliki susunan gigi yang rata dan tidak memiliki masalah dengan jaringan periodontalnya maka dapat memilih sikat gigi dengan permukaan yang rata dan menyikat gigi dengan semua tehnik menyikat gigi. Individu yang memilki susunan gigi yang berjejal lebih efektif memakai sikat gigi zig-zag, interdentalmaupun saling silang (exceed) dengan tehnik menyikat gigi secara vertikal. Individu yang mempunyai masalah dengan susunan gigi yang berjejal di bagian depan dan plak sukar dibersihkan di bagian lingual maka lebih efektif  memakai sikat gigi yang berujung runcing dan dengan gerakan menarik sikat dari arah lingual ke arah luar dengan gerakan pendek-pendek. Individu yang mempunyai noda (stain) pada bagian fasial gigi maka dianjurkan memakai sikat gigi progresive.
Pada individu yang sedang dalam perawatan, apakah itu perawatan ortodonsi, perawatan periodonsi, pasca bedah atau pemakai gigi tiruan sebaiknya mempunyai sikat gigi khusus dengan tehnik khusus juga. Pada individu yang sedang memakai piranti ortodonsi cekat sebaiknya menyikat gigi secara lembut dengan menggunakan kombinasi tehnik vibratory dan horizontal, metode Bass untuk sulkus fasial, metode Stillman dimodifikasi untuk permukaan lingual. Selain memakai sikat gigi khusus untuk piranti ortodonsia cekat juga dianjurkan memakai sikat gigi yang dapat membersihkan daerah sulkus gingiva untuk mencegah terjadinya gingivitis. Sikat gigi tersebut misalnya braces tooth brush yaitu sikat gigi dengan permukaan bulu sikat gigi berbentuk V, sikat gigi interdental dan ortoprox/ interproximal cleaning brush.
Pada individu pemakai gigi tiruan penuh dapat memakai sikat gigi untuk perawatan kebersihan gigi sehari-hari dan sikat gigi multi tufted dengan kepala ganda. Untuk individu yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan, sedikitnya memiliki 2 sikat gigi, pertama untuk menyikat gigi aslinya dan kedua untuk menyikat gigi tiruannya. Pada individu yang memakai gigi tiruan cekat jembatan, yang paling penting dijaga kebersihannya adalah gigi penyangga. Pada daerah tepi, gusi disikat dengan memakai sikat gigi interdental dan menggunakan tehnik vibratory dan tehnik kombinasi.

Demi Tampil Keren, Artis-artis Indonesia ini Putuskan untuk Veneer Gigi

 
Memiliki gigi yang putih dan rapi tentunya menjadi dambaan semua orang. Gigi yang berderet rapi akan membuat tingkat kepercayaan diri semakin meningkat. Berbagai macam cara agar gigi terlihat putih bisa dilakukan, seperti bleaching dan veneer.
Belakangan ini veneer gigi menjadi semakin tren di tanah air. Berbeda dengan bleaching, proses veneer gigi seperti memberi lapisan baru pada gigi, sehingga seperti memakai sarung. Dengan veneer, gigi akan terlihat proporsional meskipun gigi asli tidak rapi.
Nah, tren veneer gigi ini juga menghinggapi artis Indonesia. Meskipun harus rela merogoh kocek yang dalam, tetapi mereka tidak terlalu mempersoalkan untuk veneer. Ingin tahu lebih banyak siapa saja artis yang melakukan veneer gigi? Ini dia deretan 10 artis yang veneer gigi seperti dihimpun brilio.net dari akun Instagram pribadinya
1. Olla Ramlan
foto: instagram.com/ollaramlanaufar
Artis cantik ini diyakini sebagai pelopor veneer gigi kelinci. Ia yang pertama kali terlihat giginya di veneer. Dengan model gigi kelinci, Olla terlihat semakin manis.
2. Gisella Anastasia

Penyanyi cantik ini terlihat giginya di veneer. Semakin terlihat matching dengan warna kulitnya yang putih ya?
3. Tyas Mirasih

foto: instagram.com/tyasmirasih
Ratu FTV ini juga sudah memutuskan untuk veneer gigi. Wajahnya kian terlihat makin seksi dengan gigi barunya.
4. Aurel Hermansyah

foto: instagram.com/aurelie.hermansyah
Artis yang selalu diisukan permak wajah ini juga tidak mau ketinggalan. Aurel memutuskan untuk veneer gigi berbarengan dengan ibu tirinya Ashanty. Wah makin kompak ya ibu dan anak ini.
5. Laudya Cynthia Bella

foto: instagram.com/laudyacynthiabella
Artis cantik yang memutuskan untuk berhijab ini juga ikut tren veneer gigi. Wajahnya yang meneduhkan terlihat makin cantik dengan gigi yang putih dan rapi.
6. Andien Aisyah

foto: instagram.com/andienaisyah
Penyanyi mungil ini juga tak mau ketinggalan tren veneer gigi. Dia terlihat makin manis dengan gigi kelincinya.
7. Deddy Corbuzier

foto: instagram.com/mastercorbuzier
Sebagai entertainer, Deddy pun tidak mau kalah. Ia juga memutuskan untuk veneer gigi meskipun tren itu umum dilakukan para wanita. Gara-gara veneer Illusionis ini makin terlihat tampan dan gagah ya?
8. Yuni Shara

foto: instagram.com/yunishara36
Penyanyi yang selalu terlihat awet muda ini juga sudah lama memutuskan untuk veneer gigi. Mantan Raffi Ahmad ini juga makin terlihat cantik dengan gigi barunya.
9. Cita Citata

foto: instagram.com/cita_citata
Penyanyi dangdut cantik ini pun tidak mau kalah dengan artis lainnya. Ia pun memutuskan untuk veneer gigi. Makin cakep dengan giginya yang putih dan rapi.
10. Nikita Willy

foto: instagram.com/nikitawillyofficial94
Artis yang selalu terlihat tampil lebih dewasa dari usianya ini juga mengikuti tren veneer gigi. Ia makin terlihat seksi dengan giginya yang terlihat putih.
Kamu tertarik untuk veneer gigi nggak nih?

Sumber : https://www.brilio.net


Selasa, 10 Januari 2017

Antara Gigi dan Wajah

Ybhm2xvgbgsrvcvgm0cj


Memiliki wajah yang segar dan cerah merupakan dambaan dari setiap manusia. Tidak hanya wanita, para pria pun menginginkan wajah yang cerah, tidak kusam, dan selalu segar. Berbagai cara dilakukan untuk mempertahankan kesegaran wajah seperti menjaga kebersihan wajah, menggunakan produk-produk perawatan wajah, pergi ke klinik kecantikan atau salon, hingga menjaga asupan nutrisi dengan menambah suplemen-suplemen tertentu yang bermanfaat untuk regenerasi sel-sel kulit wajah yang sudah rusak atau mati.

Lalu apa hubungannya gigi dengan kesegaran wajah?

Kita pasti sudah sepakat kalau gigi merupakan salah satu organ tubuh yang penting dalam kehidupan manusia. Gigi merupakan alat pencernaan pertama yang bertemu dengan makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh kita. Makanan pertama kali diolah dan di bentuk sedemikian rupa oleh gigi-gigi kita agar siap untuk diproses di tahap selanjutnya oleh organ tubuh manusia yang lain.

Gigi Tidak Beraturan

Untuk dapat menghasilkan olahan makanan yang baik, gigi-geligi juga harus dalam kondisi yang baik. Gigi yang bersusun secara tidak beraturan akan berdampak pada kualitas hasil olahan makanan yang kita makan. Beberapa kondisi gigi yang tidak beraturan diantaranya:

1. Gigi Berjejal (Crowded)

Gigi berjejal atau bertumpuk disebabkan karena ruangan yang tidak mencukupi untuk tempat gigi-gigi yang tumbuh (erupsi). Hal ini bisa disebabkan ukuran rahang yang tidak sesuai dengan ukuran gigi-gigi, atau karena pada masa pertumbuhan periode gigi campuran antara gigi susu dan gigi tetap (mixed dentition), terjadi persistensi (terlambat tanggal/dicabut) saat benih gigi tetap sudah siap keluar. Hal ini menandakan pentingnya untuk memeriksakan kondisi gigi-gigi sejak dini. American Dental Association menganjurkan untuk memeriksakan kondisi susunan gigi-geligi sejak usia 7 tahun. (Sumber : American Association of Orthodontists, https://www.mylifemysmile.org/)

Gigi berjejal akan mengakibatkan makanan yang kita makan tidak dikunyah (diolah) dengan sempurna. Hal ini mengakibatkan nutrisi yang kita peroleh tidak akan terserap dengan baik oleh tubuh kita, termasuk nutrisi yang bermanfaat untuk regenerasi
U7mdnmsxoduziw0n2nma Source: Pasien Pribadi
Selain itu, gigi berjejal akan mengakibatkan sisa-sisa dari makanan yang kita makan mudah terselip atau “nyangkut” di sela-sela gigi yang berjejal tersebut. Hal ini akan menjadikan bakteri tumbuh dengan subur di daerah-daerah gigi yang berjejal karena biasanya di daerah tersebut sulit untuk dibersihkan dengan sikat gigi saja. Akhirnya, gigi-gigi kita mudah mengalami karies (berlubang), dan bisa menimbulkan bau tidak sedap.
Kondisi-kondisi ini pun akan membuat “mood” kita dan orang sekitar kita menjadi terganggu. Wajah kita pun akan terlihat tidak segar karena hal ini terlebih jika kondisi yang berjejal ini mengganggu penampilan dan rasa percaya diri kita. (Sumber: http://www.naturalnews.com/041391_braces_tooth_decay_malnutrition.html)

2. Gigi Jarang (Diastema)

Susunan gigi yang terlihat jarang-jarang atau terdapat ruangan yang cukup terlihat diantara gigi-gigi dinamakan Diastema. Hal ini disebabkan karena banyak hal, diantaranya apabila terdapat kehilangan gigi (pernah ada gigi yang dicabut), lalu tidak segera diganti dengan gigi tiruan. Diastema juga bisa disebabkan karena adanya gigi yang berlubang besar sehingga terjadi pergeseran dari gigi-gigi di sebelahnya. Penyebab lain dari diastema bisa disebabkan ukuran rahang yang tidak sesuai dengan ukuran gigi-gigi.

Diastema dapat menyebabkan beberapa gangguan pencernaan, diantaranya mudah tersangkutnya makanan di ruang antara gigi tersebut. Diastema juga dapat mengakibatkan gangguan penampilan dan rasa percaya diri.
Wa0cfzysbkttfhacpqiq Source: Pasien Pribadi
Cnphb0gkkx3fetrmmitc Source: (c) Handbook of Orthodontics, Cobourne, Martyn T., DiBiase, Andrew T., Mosby, 2009

3. Susunan gigi yang tidak simetris

Keharmonisan susunan gigi-gigi baik masing-masing rahang atau antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah sangat penting untuk menunjang penampilan wajah kita. Apabila hubungan gigi-gigi rahang atas dan bawah tidak sempurna (tidak ber oklusi dengan sempurna), bisa menimbulkan gangguan pencernaan, gangguan sendi rahang (sendi temporo mandibular/TMJ), dan asimetris wajah (wajah jadi tidak seimbang/tidak simetris).

Susunan gigi depan yang tidak simetris juga akan membuat wajah terlihat tidak seimbang atau terlihat miring. Hal ini akan menimbulkan gangguan penampilan kita.
Ybhm2xvgbgsrvcvgm0cj 
Cqptb5rlxkyeq1bikd5t Source: Esthetics and Biomechanics in Orthodontics, Nanda, Ravindra, Elsevier Saunders, 2015
 
Selain ketiga hal diatas, ada beberapa jenis lain dari ketidak beraturan susunan gigi-geligi. Akibat-akibat lain yang sedang banyak dibicarakan di negara-negara maju diantaranya gangguan pernapasan (airway problem) dan gangguan tidur (obstructive sleep apnoea) akibat kondisi gigi yang tidak beraturan. Apabila seseorang mengalami salah satu dari kedua gangguan tersebut, otomatis kualitas hidupnya akan terganggu. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki kondisi gigi berjejal atau pernah mengalami kehilangan gigi akan mengalami penyempitan pada rahangnya. Hal ini akan menyebabkan lidah terdesak ke belakang dan ruangan di rongga mulut seolah-olah mengecil.

Udara (oksigen) yang masuk ke dalam tubuh kita pun akan terhambat. Biasanya hal ini ditandai dengan adanya snoring atau mendengkur saat tidur. Gangguan pernapasan seperti ini akan menimbulkan gangguan tidur, yang akhirnya menurunkan kualitas hidup kita karena kurangnya suplai oksigen, nutrisi, serta kurang baiknya kualitas tidur kita. Hal ini tentu saja berpengaruh pada kesegaran wajah kita seharihari. (Victor Lyle D, 1999)

Penanggulangan:

Apabila anda mengalami kondisi-kondisi seperti diatas, langkah terbaik adalah segera periksakan gigi anda ke dokter gigi. Berbagai perawatan yang bisa dilakukan akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang dialami. Apabila gigi kita berlubang, maka akan dilakukan penambalan atau perawatan endodontik (perawatan saluran akar). Apabila kehilangan gigi, maka akan dianjurkan untuk membuat gigi tiruan baik lepasan maupun cekat (bridge atau implant).

Untuk kondisi gigi berjejal, diastema, dan gangguan oklusi maka yang terbaik adalah melakukan perawatan orthodonti baik dengan alat lepasan (kawat atau clear aligner) ataupun alat cekat/permanen seperti bracket/behel. Sebelum perawatan dilakukan, dokter gigi akan melakukan prosedur-prosedur pemeriksaan sehingga pemilihan rencana perawatan dapat dilakukan dengan tepat dan efektif.

Di Tulis Oleh : dr. Ari Harsoputranto

Dokter Gigi di Brawijaya Clinic Buah Batu Bandung, Indonesia

Consulting Clinical Hypnotherapist (NGH USA)

Certified Hypnotist and Instructor (IBH Indonesia)

Neuro Linguistic Programme Coach (NCA Indonesia)

Course Coordinator di Excellence in Orthodontics and Dentofacial Orthopaedics (Sydney, Australia)

Mengapa Gigi Harus Dilakukan Perawatan Saluran Akar ?

 
Gigi yang berlubang (karies) bisa mencapai email, dentin dan pulpa. Gigi berlubang yang mencapai email biasanya belum terasa sakit. Bila lubang pada gigi tersebut dibiarkan dan tidak ditambal maka proses terjadinya lubang akan meluas ke dentin. keluhan mulai timbul ditandai dengan rasa ngilu pada gigi. Rasa ngilu ini menandakan gigi masih vital (saraf dan pembuluh darah pada gigi normal). Lubang pada dentin akan bertambah dalam dan akhirnya mencapai pulpa, dimana pulpa ini berisi saraf dan pembuluh darah. Pada keadaan ini terjadi peradangan pada saraf dan pembuluh darah. Gigi akan terasa sakit hebat, berdenyut.

Gigi berlubang yang mencapai enamel dan dentin dapat langsung dilakukan penambalan permanen pada kunjungan pertama, bila lubang sudah mencapai pulpa maka harus dilakukan perawatan saluran akar. Tujuannya adalah membuang saraf dan pembuluh darah di pulpa yang meradang dan untuk memperbesar saluran akar. Yang akhirnya nanti saluran akar diisi dengan bahan pengisi saluran akar. Proses ini bisa berlangsung 4-5 kali kunjungan dan setiap kunjungan dilakukan penambalan sementara. Jadi, tidak semua kasus gigi berlubang bisa langsung ditambal permanen.
Setelah dilakukan pengisian saluran akar maka gigi bisa dilakukan penambalan permanen. Adapun tambalan permanen bisa berupa resin komposit, GIC, amalgam, onlay (logam tuang), crown. Itu semua tergantung dari sisa mahkota gigi, estetika dan segi ekonomi. Resin komposit, GIC dari segi harga tidak terlalu mahal, tetapi dari segi kekuatan kurang baik. Sedangkan onlay dan crown, dari segi kekuatan dan estetika sangat baik tetapi harganya cukup mahal. Untuk pemilihan bahan-bahan tambalan ini bisa disesuaikan dengan indikasi dan budget dari pasien

Ditulis Oleh Drg Nadriati
Sumber : Antam Medika

Sabtu, 07 Januari 2017

Kenali Karang Gigi dan Bahayanya. Wajib TAHU

 

Karang gigi diartikan sebagai endapan keras yang berwarna putih kekuningan sampai hijau kehitaman yang menempel pada permukaan gigi, restorasi maupun pada gigi palsu. Hampir sebagian orang memiliki karang gigi di mulutnya dengan tingkat keparahan yang berbeda. Sampai saat ini karang gigi dan penyakit yang diakibatkannya, merupakan penyebab terbesar kedua hilangnya gigi, setelah karies.


Bagaimana karang bisa terbentuk?

Plak yang menempel pada permukaan gigi kita terdiri atas, air ludah, sisa makanan dan bakteri. Plak yang tak dibersihkan akan menerima timbunan calsium yang berumber dari air ludah dan cairan gusi, yang akhirnya membentuk karang. Daerah yang merupakan muara kelenjar ludah mayor akan lebih mudah terjadi karang gigi yaitu di permukaan gigi rahang bawah yang menghadap lidah, dan permukaan gigi geraham atas yang menghadap ke pipi. Sedangkan cairan ludah akan membentuk karang gigi pada daerah di perbatasan gusi dengan gigi.

Dapatkah karang gigi dicegah?

Mencegah 100% mungkin tidak, mengingat proses terjadinya sangat alami. Namun dengan cara menggosok gigi yang benar dan pola makan yang baik, yaitu mengurangi makanan manis melekat dan memperbanyak sayur dan buah yang berserat, akan menghambat pertumbuhan karang gigi.

Apakah akibat karang gigi?

Penyakit pertama sebagai akibat karang gigi adalah radang gusi, pada saat ini di masyarakat hampir semua orang menderita radang gusi dengan tingkat kepaahan yang bermacam-macam. Tanda-tanda dari radang gusi adalah, gusi berwarna merah mengkilat, licin, tidak rapi, nampak menggembung dan pada keadaan yang parah biasa disertai pendarahan bila disentuh, bahkan perdarahan spontan pada keadaan yang lebih parah. Radang gusi yang tak dirawat akan berlanjut menyebar ke jaringan pendukung gigi, khusunya selaput periodontal yang ditandai rasa linu dan tidak nyaman waktu digigitkan, lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kerusakan tulang alveolar. Tulang alveolar adalah bagian dari tulang rahang tempat tertanamnya akar gigi. Pada keadaan ini gigi akan goyang, yang jika dibiarkan akhirnya gigi akan lepas dengan sendirinya. Akibat lain yang tak kalah mengganggu adalah bau mulut yang tidak sedap, atau halitosis.

Apakah karang gigi bisa menyebabkan gigi sensitif/linu?

Karang gigi yang tertimbun pada leher gigi kita akan menyebabkan gusi kita mengecil atau resesi akibatnya bagian leher gigi yang harusnya tertutup gusi menjadi terbuka dan sangat sensitif terhadap suhu dan sentuhan menjadi

Bagaimana mengatasi radang gusi?

Untuk mengatasi radang gusi dan penyakit periodontal lainnya, dengan menghilangkan sumbernya yaitu karang gigi. Karang gigi tidak bisa dihilangkan dengan menggosok gigi biasa. Pembersihan karang gigi bisa dilakukan di sarana pelayanan kesehatan gigi menggunakan alat khusus yang disebut skaler. Untuk radang gusi yang ringan dengan poembersihan karang gigi, biasanya akan membaik dengan sendirinya dalam 3 sampai 5 hari. Namun pada kasus yang sedang sampai berat diperlukan pemberian obat-obatan untuk mengatasi radang gusi.

Senin, 02 Januari 2017

Download Panduan Cara Registrasi Online STR Tenaga Kesehatan Berbasis Web

mtki.kemkes.go.id/assets/manuals/manual.pdf
http://mtki.kemkes.go.id/

Karakterisasi stem cell pulpa gigi sulung dengan modifikasi enzim tripsin (The characterization of stem cells from human exfoliated deciduous teeth using trypsin enzym)

Tri Wijayanti Puspitasari, Tania Saskianti, Udijanto Tedjosasongko


Abstract


Background: Now a days, treatment in dentistry, using tissue regeneration that based on the stem cells from human exfoliated deciduous teeth (SHED), grows rapidly. For several reason, the isolated and cultured SHED is difficult to be applied in Indonesia, therefore the modification is needed. This difficulties were caused by the pulp anatomy, the heterogeneous populations in the pulp chamber and the limitations of tools and materials at the laboratory. Purpose: This research was aimed to examine that the modifications of isolation and culture technique of SHEDs for characterization by using the marker of CD105. Methods: The research was experimental laboratory with the cross sectional design. The samples were the human exfoliated deciduous teeth from the children patients of Pediatric Dentistry Department of Universitas Airlangga Dental Hospital which matched the criteria. Dental pulps were isolated and cultured by using the modifications of Trypsin enzymes. Results: The healthy SHEDs could be produced from the modifications of isolation and culture and positively shown the expression of marker CD105 which were indicated by the fluorencent microscope. Conclusion: SHED which isolated and cultured by using the modified techniques, positively characterized by using marker CD105.

Latar Belakang: Pengobatan kedokteran gigi berkembang dengan pesat terutama di bidang regenerasi jaringan berbasis Stem Cells from Human Exfoliated Deciduous Teeth (SHED). Di Indonesia, isolasi dan kultur SHED sulit sehingga perlu dilakukan modifikasi. Kendala ini muncul karena jaringan pulpa yang kecil, heterogen dan keterbatasan alat dan bahan di laboratorium. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk meneliti modifikasi pada cara isolasi dan kultur SHED untuk karakterisasi menggunakan maker CD105. Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah gigi sulung dari pasien anak di Klinik Kedokteran Gigi Anak, Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga yang telah memenuhi kriteria. Pulpa gigi diisolasi dan dikultur dengan modifikasi enzim Trypsin. Hasil: SHED yang sehat hasil dari modifikasi teknik isolasi dan kultur positif menunjukkan ekspresi marker CD105 dengan berfluoresensi berwarna hijau dilihat melalui mikroskop fluoresen. Simpulan: SHED yang dikultur dan diisolasi dengan teknik modifikasi positif dikarakterisasi dengan marker CD105.

Keywords


SHED; modifications; isolated and culture techniques; characterization; SHED; modifikasi; teknik isolasi dan kultur; karakterisasi

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.20473/j.djmkg.v47.i2.p115-119

Pengaruh chitosan belangkas (Tachypleus gigas) nanopartikel terhadap celah antara berbagai jenis semen ionomer kaca dengan dentin

Henny Sutrisman, Trimurni Abidin, Harry Agusnar

Abstract


Background: The development of dental material restoration is regarded to be relevant to obtain a better bonding between dental structure and restorative materials. Glass ionomer cement (GIC) is a bioactive material. Resin-modified GIC (RMGIC) is an alternative to the conventional glass ionomer. Nowadays with nano technology, this material is available in nano particle glass ionomer form in order to enhance the bond strength between tooth structure and restoration. The use of the natural product in dentistry such as chitosan has increased widely. Chitosan is one of the natural materials that used to improve the bioactivity of the glass ionomer. studies showed that addition of chitosan high molecule to GIC can increase mechanical performance and capability and also as a catalyst to release fluoride ions. Purpose: This study was aimed to examine the effect of the addition of high molecular nanoparticle chitosan derived from horseshoe crab (Tachypleus gigas) on interface of RMGIC, nano RMGIC and the dentin surface. Methods: Nano particle chitosan was added to the restorative materials and then applied to the class I cavity of premolar and then the tooth was sectioned with diamond disc. specimens were prepared for sEM examination. Results: The result showed that the addition of chitosan increases adhesion between restoration and dentin structure. Conclusion: The addition of nanoparticle chitosan with a high molecular weight of 0.015% into RMGIC and nanoparticle RMGIC can improve the adhesion of restorative material to dentin structure.

Latar belakang: Perkembangan restorasi bahan gigi untuk mendapatkan ikatan yang lebih baik antara struktur gigi dan bahan restoratif. semen ionomer kaca (sIK) adalah bahan bioaktif. semen ionomer kaca modifikasi resin (sIKMR) adalah sebuah alternatif untuk ionomer kaca konvensional. saat ini dengan teknologi nano, bahan ini tersedia dalam bentuk partikel nano ionomer kaca untuk meningkatkan kekuatan ikatan antara struktur gigi dan restorasi. Penggunaan produk alami dalam kedokteran gigi seperti kitosan telah meningkat banyak. Kitosan merupakan salah satu bahan alami yang digunakan untuk meningkatkan bioaktivitas dari ionomer kaca. studi menunjukkan bahwa penambahan molekul tinggi kitosan untuk GIC dapat meningkatkan kinerja mekanik dan kemampuan dan juga sebagai katalis untuk melepaskan ion fluoride. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penambahan kitosan nanopartikel molekul yang berasal dari kepiting tapal kuda (Tachypleus gigas) terhadap permukaan antara RMGIC, nano RMGIC dan permukaan dentin. Metode: Nano partikel kitosan ditambahkan pada bahan restoratif dan kemudian diterapkan pada kavitas kelas I premolar dan kemudian gigi tersebut dipotong dengan disc berlian. sampel disiapkan untuk pemeriksaan sEM. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kitosan meningkatkan adhesi antara restorasi dan struktur dentin. Simpulan: Penambahan nanopartikel kitosan dengan berat molekul tinggi 0,015% pada sIKMR dan sIKMR nano dapat meningkatkan adhesi bahan restorasi struktur dentin.

Keywords

Chitosan high molecule; glass ionomer cements; adhesive interface; scanning electron microscopy; Molekul kitosan; semen ionomer kaca; kekuatan adhesi; scanning electron microscopy
 
 
 

Tahukah Anda, Mengapa Kita Harus Sikat Gigi Sebelum Tidur Malam?




Mengapa kita harus menjaga kesehatan, khususnya kesehatan gigi dan mulut?  Rongga mulut adalah pintu gerbang pertma masuknya bakteri dan virus ke dalam tubuh. Bakteri dan firus tersebut bisa masuk melalui makanan ataupun mainan. Khusus bakteri, di dalam rongga mulut terdapat lebih dari 250 jenis. Beberapa bakteri membantu proses pencernaan tahap awal dalam rongga mulut. Adapun bateri tertentu seperti, streptococcus mutans, justru mempengaruhi proses perkembangan karies gigi (gigi berlubang). Bakteri tersebut dapat mempengaruhi suksora menjadi lebih mudah melekat pada permukaan gigi sehingga terjadi penarikan mineral email gigi.

Seperti kita ketahui, rongga mulut adalah gerbang awal proses pencernaan, yaitu tempat makanan dan minuman masuk dan tempat pengunyaan makanan oleh gigi sebelum masuk e perut leawat kerongkongan. Jika gigi terganggu akibat bakteri, proses pencernaan awal tersebut akan turut terganggu. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kelainan pada rongga mulut bukan hanya menyebabkan proses pencernaan terganggu, melainkan juga menimbulkan beberapa kelainan, sperti penyakit sistemik, penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner, aterosklerosis, infark myocardial, stroke), pneumonia karena bakteri, berat badan lahir rendah serta diabetes meletus ditengarai masuk pula lewat rongga mulut yang terinfeksi. Itulah sebabnya, menjaga kebersihan rongga mulut sangat penting. Rongga mulut dan gigi mutlak harus dibersihkan stiap hari agar bakteri tidak punya kesempatan berkembang biak dan melancarkan aksinya yang merugikan gigi.

Sebenarnya rongga mulut kita mempunyai pertahanan pertama yang alami terhadap serangan bakteri da virus. Di dalam rongga mulut terdapat saliva (air liur) yang mengandung antibody, sperti IgA-sekretori dan paroksidase. Parosidse adalah sejenis enzim yang berperan mencegah bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh. Semua fungsi pertahan awal di atas diatur oleh system kekebalan spesefik dan nonspesefik tubuh kita.

Selain itu, rongga mulut juga punya cara alami untuk membersihkan diri. Penting diketah,ui saliva juga berfungsi sebgai sarana self-cleansing untuk gigi dan rongga mulut.  Kemampuan saliva melakukan self-cleansing ini sebabkan oleh sifatnya yang terus menerus berproduksi dan bisa mengalir melalui sela-sela gigi yang dilewati makanan.

Orang dewa normal menghasilkan saliva skitar 0,5-1 liter per 24 jam. Namun perlu di ingat, kecepatan produksi saliva saat bangun dan tidur tidaklah sama. Saat bangun, saat beraktifitas, dan berbicara rongga mulut kita menghasilkan saliva sekitar 10 mililiter per menit.  Kecepatan air saliva yang tinggi saat kita mengunya akan merangsang pengeluaran enzim pencernaan sehingga makanan yang dikunyah dapat dicerna dengan baik.  Saliva juga melumasi makanan sehingga muda di telan.

Saat tidur, rongga mulut kita hanya menghasilkan saliva 1/40. Sedangkan saat kita bangun, saliva yang dihasilkan 0,25 mililiter permenit. Rendahnya kecepatan produksi saat tidur ini sebenarnya sesuai dengan kemampuan menelan saat tidur yang juga rendah. Namun di sisi lain hal ini menyebabkan proses self-cleansing rongga mulut saat tidur berkurang. Penting diingat , kemapuan self-cleansing juga dipengaruhi ketentalan dan kecepatan aliran saliva. Itulah sebabnya menggosk gigi saat tidur sangat penting. 

Selain harus dijaga kebersihannya, rongga mulut juga perlu diperhatikan keasaman-basaanya. Normalnya, keasam-basaan (pH) saliva berada pada kisaran 6,8-7,0 (pH normal). Namun pada saat-saat tertentu keasamaan dapat merubah menjadi lebih asam atau basa. Sisa makanan di rongga mulut yang mengalami fermentasi akan mengahasilkan asam sehingga keasaman rongga mulut meningkat. Asam hasil fermentasi sisa makanan  juga bisa melarutkan mineral email gigi (hidroksiapatit) seperti kalsium dan fosfat. Larutnya hidroksiapatit email gigi menyisahkan bagian gigi yang mudah ditempel bakteri.luda pun jadi mengandung sejumlah mineral dari hidroksiapatit email tersebut.

Sebaliknya,suasana rongga mulut bisa menjadi lebih basa karena perubahan komponen  atau bahan yang di keluarkan oleh kelenjar saliva seperti HCO3, (bikarbonat) sehingga suasana menjadi asam atau basa.saat ronggaa mulut terlalu basa,terjadi pengedapan materi yang membentuk plak di sekitar gigi,juga di permukaan gigi yang menghadap kelenjar saliva.

Mari kita jaga kebersihan seperti pH rongaa mulut agar kita terhindar dari masalah gigi,ganguan pencernaan, serta berbagai penyakit dan masalah kesehatan lainya. 

Penulis : Andhey Badi (Pengurus Dental Health Thasinawoyo)dht.com
sumber : Buku A-Z Kesehatan Gigi (Pengarang, Djamil, Melani Sadono)